Di dunia pendidikan kita sering sekali
ya mendengar kata verbalisme, lalu sebenarnya apa verbalisme ini di dalam
pendidikan? verbalisme telah lama terjadi didalam dunia pendidikan di Indonesia
sejak diberlakukannya kurikulum tahun 1975. Verbalisme dalam pembelajaran telah
terjadi secara pasif, siswa belajara mengenai pertanyaan-pertanyaa klise, kosng
tanpa makna. Siswa tahu dan hafal tetapi tidak memahaminya, menerapkan,
menganalisis apalagi mensintetisnya. Teks-teks dipelajari terlepas dari
konteks. Ini lah yang disebut Freire sebagai pengetahuan yang terbirokarsi. Sumardianata
(2014:169) seorang guru yang aktif berpendapat bahwa guru-guru di indonesia menderita
panyakit distechia (salah mengajar) yang disebabkan oleh virus techer talking
time dan task analysis. Guru menghabiskan 80% waktunya dalam mengajar dengan
ceramah yang miskin makna, datar dan menyebarkan kantuk yang meradiasi
dipenjuru kelas.
Verbalisme dalam pandangan sumardianta
adalah penyakit akut guru-guru Indonesia, kebanyakan guru di Indonesia hanya memiliki
2 senjata dalam mengajar, yaitu tutur dan kapur keduanya menggempur siswa untuk
mundur dari realitas. Kemuduran siswa terlihat dari lemahnya daya cipta mereka
karena keseharian mereka yang terbiasa mendengar, mencatat, menghafal, mereka
hanya bermandikan bualan guru yang asing dan datar.
Sumber : Kesuma
Dharma dan Ibrahim Teguh. (2016). Struktur Fundamental Pedagogik. Bandung : PT.
Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar